Oleh: Yons Achmad(Kolumnis. Praktisi Branding. Pendiri Brandstory.ID)
Berdaulat.id, “Ayah, tahun baru jalan-jalan ke mana,” tanya Jingga anak saya. Sebagai orang tua yang moderat, saya tak latah langsung bilang “Jangan Nak, itu budaya orang kafir.” Layaknya hidup sebagai perjalanan, saya coba tetap berikan porsi bagi anak-anak untuk mendapatkan semacam experience (pengalaman) inderawi, melihat kenyataan secara langsung. Depok Open Space (DOS) Balaikota, jadi alternatif. Biasanya, dia akan menuliskan cerita perjalanan setelahnya. Awal tahun yang lumayan menantang.
2025 memang tahun resolusi kolaborasi bagi saya. Lebih banyak menyapa orang untuk membuka peluang-peluang kolaborasi. Pada malam tahun baru, saya memulainya dengan menyalakan “Sony A7” menangkap momentum orang dan acara tahun baru. Saya punya target minimal ada 10 foto bagus plus video yang dihasilkan setiap ada momen-momen tertentu. 2024 kemarin, saya lebih banyak berkarya via teks (tulisan). Boleh juga 2025 merambah ke foto dan video. Siapa tahu cita-cita kuliah dulu kelak sebagai produser film tercapai. Ahai.
Kabar baik 2025. Baru-baru ini, perusahaan riset dan konsultasi pasar global asal Prancis yakni Ipsos merilis laporan berjudul “Predictions 2025 Report”. Dalam laporan tersebut, ditampilkan hasil survei tentang tingkat optimisme masyarakat menyambut tahun baru 2025. Indonesia ternyata paling optimistis, Indonesia (90%) disusul Kolombia (88%) dan China (87%). Boleh dan benar juga, memang harus begitu. Kenapa? Pesimisme memang tidak pernah menghasilkan apa-apa.
Belum ngantuk. Lanjut membuka aplikasi “Vidio”. Sedikit menghibur diri menonton film laga komedi, kali ini seri “Bad Boy” alias “Bocah nakal”. Pada seri Bad Boys: Ride or Die, merupakan film keempat dari lanjutan waralaba ikonik Bad Boys. Film ini akan mengajak penonton untuk mengikuti petualangan dua detektif dalam mengungkap misteri. Bad Boys: Ride or Die melanjutkan kisah dua detektif kepolisian Miami yang legendaris, yaitu Letnan Detektif Michael Eugene Lowery alias Mike (Will Smith) dan Letnan Detektif Marcus Miles Burnett (Martin Lawrence).
Ada dialog menarik yang dikatakan Marcus pada Mike “Kejujuran kadang bikin kita menderita”. Saya perluas tafsirnya, sebagai upaya tidak begitu sependapat dengan dialog itu. Menjadi seorang idealis, kadang memang menyakitkan. Setia pada prinsip hidup. Sering dianggap (maaf) goblok karena tak ikuti jalan orang-orang kebanyakan. Tapi, kalau berhasil melewatinya, terasa hidup menjadi lega. Begitu juga 2025. Saya kira, sesulit apapun hidup, keadaan separah apapun, idealisme tetap perlu dinyalakan.
Di sebelah Depok Open Space itu, tepatnya di Masjid Balaikota, seorang dai muda bernama Fitrian Kadir,Lc pernah mengisi kajian pada malam menyambut hari pahlawan “Jangan terobsesi dengan bagaimana dunia bekerja,” katanya yang sempat saya catat. Betul juga, seperti hukum, kadang yang benar tak selalu menang di pengadilan. Semacam calon pemimpin, yang baik tak selalu menang juga. Tapi kebenaran tetap kebenaran, kebaikan tetap kebaikan. Setialah.
Semacam, jangan ditertawakan. Ya benar, Fans berat Manchester United (MU). Setiap hari dihina, direndahkan, dilecehkan, dimaki-maki, tapi MU tetap dihati. 2024 memang menyakitkan. Bahkan akhir tahun, harus kalah juga dengan klub yang “nggak jelas”. Macam Bournemouth (3-0), Wolverhampton Wanderers (2-0) dan keok lawan Newcastle United (2-0) bahkan di kandang sendiri. Untuk menghibur diri biarlah bergumam pelan “MU memang tak selalu menang, tapi tetap terbaik kawan.”
2025, memang tak mudah. Ingin berjualan offline, sewa tempat semakin mahal saja. Mau jualan online di marketplace, kena “potongan” hingga 30%. Lalu, bagaimana solusi tepatnya? Saya tidak tahu, silakan dipikir sendiri. Tapi, saya ada sedikit alternatif kalau ingin menjajalnya. Apa itu? Tepat, jualan jasa. Apa mudah? Ya tidak juga. Kalau bisnis mudah semua akan melakukannya. Bisnis itu memang sulit. Tapi, kabar baiknya, sulit itu kategori bisa. Berjualan jasa adalah alternatif terbaik bisnis di 2025, ini saya kira.
Kita perlu membuka diri atas kompetensi unggulan yang kita miliki. Ilmu, skill (keterampilan) juga pengalaman berharga setelah mungkin sekian lama kita berkarir dalam bidang tertentu. Selanjutnya, memainkan strategi yang lazim disebut “Personal Branding”. Di mana, “personal branding” sendiri, sejatinya adalah rangkaian kegiatan keseharian seseorang di mana akan membentuk sebuah impresi dan ini yang akan dikenang dan membekas dibenak orang-orang di sekitarnya.
Singkatnya, 2025 ini, kita ingin dikenal sebagai apa? Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu dan menyelesaikan problem yang ada? Kata pepatah, “Personal Branding is not just about being a popular figure but also how to become a chosen figure”. Begitulah, persoalannya memang bukan terkenal atau tidak, tapi kita dikenal atau tidak dengan ilmu, keahlian atau skill kita. Kalau dikenal, kita yang akan dipilih dan semuanya akan berjalan secara mengembirakan.
Tapi, untuk ke sana tentu perlu memulai. Misalnya, dengan membuat website pribadi, aktif di media sosial mengenalkan ilmu, skill, keahlian kita dan yang paling penting, MENULIS BUKU. Kenapa? Karena ini jalan paling otoritatif kita bisa jadi pakar di bidangnya. Buktinya apa? Dengan buku yang ditulisnya. Begitu kira-kira jalannya. Kesulitan membuat dan menjalankannya? Anda pasti tahu siapa yang harus dihubungi untuk membantu semuanya itu. []