Jumat, September 26, 2025
No menu items!
BerandaReligi4 Perilaku yang Harus Dihindari Saat Puasa

4 Perilaku yang Harus Dihindari Saat Puasa

Berdaulat.id – Hakekat puasa adalah menahan dan mengendalikan diri. Menahan diri dari makan  dan minum serta pembatal puasa lainnya. Namun puasa yang sempurna bukan hanya meninggakan makan minum dan pembatal puasa lainnya. Puasa yang sempurna harus disertai dengan mengendalikan diri dari hal-hal yang merusak puasa.

Puasa yang sempurna harus disertai dengan menghindari perilaku yang merusak dan atau mengurangi kesempurnaan pahala puasa. Tulisan ini akan menguraikan secara singkat 4 perilaku yang harus dihindari saat puasa.

sebenarnya 4 hal ini termasuk perilaku tercela secara umum. Artinya saat tidak puasa pun perilaku ini harus dihindari karena termasuk akhlak buruk. Tapi saat puasa lebih harus dihundari lagi. Karena keempat perilaku ini bertentangan dengan maksud dan tujuan puasa.

Anjutan menghindari 4 perilaku tesebut saat puasa merujuk pada hadis Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini;

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallalhu ‘alaihi wa sallam bersabda;

 ((قال اللَّه عز وجل: كلُّ عمل ابن آدم له إلا الصوم، فإنه لي وأنا أجزي به، والصيام جُنة، فإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يرفُث ولا يفسق ولا يصخب، فإن سابَّه أحد أو قاتله، فليقل: إني صائم، والذي نفس محمد بيده، لَخُلوف فم الصائم أطيب عند اللَّه من ريح المسك، للصائم فرحتان يفرحهما: إذا أفطر فرح بصومه، وإذا لقي ربه فرح بصومه))؛ رواه البخاري.

Allah ‘azza wajjal berfirman; setiap amalan anak Adam untuknya kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan akulah yang akan membalasnya. Puasa itu perisai yang melindungi. Jika salah seroang diantara kalian sedang berpuasa janganlah dia berkata keji dan kotor, jangan berbuat fasik dan janganlah berteriak-teriak. Jika seseorang mencaci makinya atau menagajkanya berkelahi maka hendaknya dia mengatakan saya puasa”. (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Imam Ahmad ada tambahan la yajhal wa yu’dzi ahadan;

“إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، وَلَا يُؤْذِي أَحَدًا، فَإِنْ جَهِلَ عَلَيْهِ أَحَدٌ أَوْ آذَاهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ” (رواه أحمد وصححه الألباني).

Jika disuatu hari puasa salah seroang diantara kalian janganlah dia berkata kotor, jangan bersikap jahil, dam jangan mengganggu orang lain, jika dijahili atau diganggu oleh seseorang hendaknya dia mengatakan; saya puasa”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syekh al-Bani).

Berdarakan hadis di atas ada beberapa perilaku yang harus dihindari dan ditinggalkan saat puasa, yaitu (1) rafats atau kata-kata kotor, (2) fisq atau perbuatan buruk/jahat, (3) Shakhb atau berterik-teriak, (4) jahil

Jangan Rafats

Dilansir dari https://markazsunnah.com, kata rafats dalam hadis di atas  perbuatan keji.  Fala yarfuts artinya jangan berbuat keji. Mesikupun demikian kata al-rafats juga didefinisikan sebagai interaksi suami istri untuk melakukan jimak atau bercumbu untuk menyalurkan syahwat.

Allah azza wajalla berfiman,

 اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu.” (QS. Al-Baqarah: 187)

Banyak ulama mengatakan bahwasanya al–rafats yang dimaksud pada hadits ini adalah perbuatan keji dan perkataan kotor/buruk.

Jadi secara etimologis kata rafats memang memiliki makna konotasi dan denotasi. Secara konotatif kata rafats berarti hubungan intim suami istri. Sebagaimana disebutkan dalam ayat puasa pada Qs. Al-Baqarah ayat 187 di atas.

Secara denotasi kata rafats bermakna ucapan keji dan kotor atau kata-kata vulgar yang mengarah kepada maksud persetubuhan.

Makna inilah yang dimaksud dalam larangan pada hadis di atas, “as-siyam junnah fala yarfuts, puasa itu perisai yang melindungi, oleh karena itu jangan mengucapkan dan atau melakukan rafats (saat puasa) . . . .”. karena makna rafats secara konotatif (hubungan suami istri) sudah dimaklumi, dia termasuk pembatal puasa.

Walau cakupan makna rafats yang disebutkan dalam kamus bahasa Arab adalah ucapan, namun secara substansi mencakup segala sesuatu yang mengandung unsur cabul, porno, seksualitas dan semacamnya. Sehingga perilaku rafats yang harus dihindari oleh orang yang berpuasa tidak hanya berupa ucapan lisan verbal. Tapi termasuk tulisan, gambar, video, audio, meme, emoji, dan sebagainya.

Di zaman android seperti saat ini kita bisa terhindar dari rafats berupa ucapan lisan secara langsung. Tapi belum tentu selamat dari rafats digitak dan online. Boleh jadi tanpa sadar kita terjatuh ke dalam rafats karena melihat konten yang mengandung unsur rafats seperti video, poster, bacaan pada novel digital, dan sebagainya.

Jangan Berteriak-Teriak

Larangan kedua bagi orang yang berpuasa adalah as-shakhbu. La Yaskhabu artinya jangan berteriak-teriak dan bertengkar, sebagaiman dilansir dari https://dorar.net/hadith/sharh/1607. Al-Raghib al-Asfahani mengatakan bahwa la-yaskhab artinya jangan mengngkat suara dengan meneriakkan kata-kata sia-sia. Menurut Ibnu Hajar, tindakan meninggikan suara juga termasuk bagian dari sikap dan tindakan bodoh yang terkandung dalam larangan pada kalimat la yajhal; jangan bertindak jahil.

Termasuk cakupan dari  shakhb yang dilarang  pada hadis ini adalah membuat kegaduhan di media sosial dengan cuitan dan ocehan atau status iseng yang mengundang keributan. Atau postingan-postingan sia-sia unfaedah yang menguras emosi saat membahasnya dan atau membuang-buang waktu.

Oleh karena itu jaga puasa dengan tidak latah dalam bermedia sosial. Jangan sampai puasa rusak gara-gara postingan dan atau komentar yang membuat gaduh di media sosial.

Jangan Fasik

Al-Raghib Al-Asfahani mengatakan makna la-yafsuq (jangan berbuat fasik) adalah jangan bermaksiat. Ini lebih umum. Artinya saat berpuasa hendaknya seseorang hendaknya meninggalkan segala bentuk dosa dan maksiat. Perbuatan maksiat walau tidak termasuk pembatal puasa, tapi dapat merusak pahala puasa. Jangan sampai puasa tapi maksiat jalan terus. Yang seperti ini, ‘’tidak ada yang dia dapatkan dari puasanya melainkan hanya lapar dan haus saja”, sebagaimana sabda Nabi dalam hadisnya.

 Jangan Jahil

Orang yang sedang berpuasa juga tidak patut bersikap bodoh. Dalam hadis ini Nabi tegaskan, “kalau sedang puasa jangan rafats dan jangan jahil”. Ibnu Hajar mengatakan, “jangan jahil” maksudnya jangan melakukan  suatu tindakan yang biasa dilakukan oleh orang jahil/bodohseperti berteriak-teriak dan melakukan tindakan konyol (safih).

Selain itu termasuk tindakan bodoh yang dilarang secara tersirat dalam hadis ini adalah meladeni ulah jahil orang usil  seperti debat kusir yang unfaedah. Dalam riwayat Said bin Mansur ada kalimat, “fala yarfuts wa la yujadil, jangan berkata kotor dan jangan berdebat kusir”.

Tentu hal ini tidak berarti bahwa hal itu boleh dilakukan saat tidak puasa. Imam Qurthubi mengatakan, “Dari sini tentu tidak dipahami bahwa hal ini boleh di hari tidak puasa, tapi makudnya adalah larangan teresebut lebih keras dan tegas saat puasa”.

Kendalikan Diri

Selain itu orang yang berpuasa juga selain dianjurkan menahan diri dari empat hal di atas, dia juga harus mengendalikan diri untuk tidak terpancing dan terslut amarah saat diganggu dan atau dijahili. Ingat,jika ada yang bersikap jahil, mencaci, memaki, dan mengajak berkelahi katakan, “aku puasa”. Sadar diri bahwa anda sedang pusa. Jangan terpancing. Jangan tersulut amarah. Jangan ikut-ikutan jahil. Puasa kita lebih bernilai daripada harus meladeni gangguan. []

Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi, M. Pdi. adalah penulis aktif yang juga merupakan pimpinan Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah Bogor, dosen di STAIA Bogor dan pengurus MUI Pusat Komisi Pendidikan & Kaderisasi. Gelar Doktor diraihnya di Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada 25 Februrari 2020
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments