Berdaulat.id, Manusia dalam hidup ini perlu pedoman. Pedoman yang kuat, yang isi di dalamnya tidak ada yang salah. Pedoman yang membentuk kepribadiannya menjadi shalih dan hebat. Pedoman yang menyatukan hal yang nampak dan yang tidak Nampak (ghaib). Pedoman yang menyatukan dunia dan setelah dunia (akhirat).
Pedoman yang selalu membuatnya optimis dalam hidup ini. Pedoman yang berasal dari Tuhan yang maha segalanya. Pedoman yang tidak pernah usang oleh waktu. Pedoman yang selalu ‘update’. Pedoman yang selalu menginspirasi.
Pedoman yang dapat dipegang oleh orang yang berkulit, coklat, putih atau hitam. Pedoman yang membuat hidup manusia menjadi damai. Pedoman yang menentramkan hati bila manusia membacanya. Pedoman yang menjadikan manusia terus ingin tahu maknanya, makna terdalamnya.
Pedoman itu tidak lain al Quran.
Al Quran kini adalah satu-satunya kitab suci. Selain al Quran kita bisa sebut sebagai kitab kotor. Kenapa? Karena di luar al Quran, kitab itu telah bercampur dengan tambahan tangan manusia. Bibel misalnya, para ahli telah mengetahui bahwa di dalam Bibel telah berubah beberapa kali. Misalnya, dulu di Bibel yang diharamkan babi. Kemudian –karena banyak pengikut Kristen yang suka makan babi- diubah menjadi babi hutan. Dulu di Bibel nama tuhan adalah Tuhan/God. Kini berubah namanya -mengikuti Islam- dengan Allah. Di Bibel juga diragukan kebenarannya karena menyatakan bahwa beberapa Nabi berzina. Dalam al Quran para Nabi semuanya maksum, tidak ada Nabi yang melakukan perzinahan (dosa besar).
Imam Hasan Al Bana menyatakan,”Seluruh dunia ini tersesat dalam kegelapan yang pekat. Seluruh alam berjalan tanpa petunjuk. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih dan menangis. Sungguh aneh, karena dihadapan mereka sebenarnya terdapat al Quranul Karim, kitab Allah SWT,
Bak unta mati kehausan di padang pasir
Sedangkan air terpikul di atas punggungnya
Mereka tidak mendapatkan jalan petunjuk, padahal dihadapan mereka ada cahaya yang sempurna.
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Asy Syura 52)
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (al A’raf 157)
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan. (al Maidah 15)
يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (al Maidah 16)
الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (Ibrahim1)
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (at Taghabun 8).”
Hasan al Bana dalam Haditsus Tsulatsa’ (terj. Ceramah-Ceramah Hasan al Bana) melanjutkan,”Ikhwan sekalian orang-orang kafir telah menipu mereka dengan cahaya itu, menjauhkan mereka dari petunjuk, menyesatkan mereka dari jalan, dan menjauhkan tangan mereka dari sumber mulia dan dari tombol elektrik ini (al Quran). Kadang-kadang dengan jerat politik di saat lain dengan perangkap ilmu duniawi.
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (ar Ruum 7)
Mereka terus memperdayakan, terkadang dengan harta benda, kadang-kadang melalui hawa nafsu, kadang-kadang dengan tipu muslihat dan di saat lain dengan kekuatan, paksaan dan kekejaman.”
Pendiri gerakan Islam IKhwanul Muslimin ini berpesan agar kaum Muslimin berpegang teguh pada Al Quran dan jangan mengikuti kemauan kaum kafir. Firman Allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. (Ali Imran 100)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. (Ali Imran 149)
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al Baqarah 109)
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا مِنْهُمْ أَوْلِيَاءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah…(an Nisaa’ 89)
Kita ingat bagaimana kaum kafir (dan kaum abangan) mendebat keras kaum Muslim dalam Majelis Kontituante 1956-1959. Saat itu kaum Muslim ingin menjadikan Islam (al Quran) sebagai dasar negara. Bertahun-tahun debat tidak selesai hingga akhirnya keluar Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit ini merupakan kompromi antara fihak Muslim dan fihak sekuler. Dimana dalam dekrit itu dinyatakan bahwa Piagam Jakarta menjiwai UUD 1945 dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Piagam Jakarta adalah naskah yang ada di pembukaan UUD 1945 saat ini. Kecuali Pancasila sila satu yang diubah. Tadinya sila satu itu berbunyi Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Pesan Hasan al Bana kepada kaum Muslimin tentang al Quran ini perlu kita fahami dengan sungguh-sungguh:
- Hendaklah kita memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apapun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan al Quranul Karim pasti bakal menuaii kegagalan.
- Kaum Muslim wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui, tanpa kita menjalin hubungan dengan Allah melalui al Quran…Setidaknya, saudaraku, hendaklah kita membaca al Quran secara rutin, meskipun sedikit. Sunnah mengajarkan kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Sayidina Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan urusan kaum Muslimin, ia mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Ia berkata,”Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikann al Quran sebagai sesuatu yang ditinggalkan.” Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa membaca satu ayat dari Kitabullah, maka ia memperoleh sepuluh kebaikan untuk setiap huruf. Barangsiapa mendengarkannya, maka ia akan memperoleh cahaya pada Hari Kiamat.”
- Ketika membaca al Quran, kita harus memperhatikan adab-adabnya dan ketika mendengarkan kita juga harus memperhatikan adab-adab mendengarnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya. Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya al Quran ini turun dengan kesedihan, maka jiika kamu membacanya, hendaklah kamu menangis. Jika kamu tidak menangis, maka buatlah seolah-olah dirimu menangis.” Saudaraku, ini artinya adalah bahwa jika hati Anda belum dapat konsentrasi sampai pada tingkat menghayatinya, hendaklah Anda berusaha menghayatinya. Janganlah syetan memalingkan Anda dari keindahan perenungan sehingga Anda tidak mendapatinya.
Hendaklah kita juga membaca al Quran dengan bacaan yang membuahkan. Jika al Quran ini dapat menyentuh hati orang-orang kafir, yang merupakan manusia paling jauh kemungkinannya untuk menghayati kitab Allah, maka bagaimana pula dengan kita? Lihatlah Utbah bin Rabiah (seorang kafir), ketika mendengar bacaan al Quran dari Rasulullah saw, ia berkata,”Sesungguhnya bacaan inii mengandung kelezatan dan keindahan. Atasnya membuahkan, bawahnya menyejukkan. Sungguh ini bukan perkataan manusia.”
Begitu pula terjadi pada Raja Najasyi dan kaumnya ketika mendengar Ja’far bin Abi Thalib membaca all Quran. Sekonyong-konyong mata mereka dialiri oleh air mata.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang beriman? Seharusnya ketika orang-orang beriman membaca kitab Allah SWT adalah sebagaimana yang difirmankanNya,”
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (az Zumar 23) - Saudaraku, setelah kita beriman bahwa Al Qurran adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya. Hukum-hukum all Quran dapat dibagi menjadi dua:
a. Hukum-hukum individu yang berkaitan dengan masing-masing orang, seperti shalat, puasa, zakat, haji, taubat, serta akhlak yang meliputi kejujuran, menepati janji, kesaksian dan amanat.
Ini semua wahai saudaraku, merupakan hukum-hukum yang berhubungan dengan manusia secara umum. Setiap orang dapat melaksanakannya sendiri.
Ketika Anda membaca al Quran, Anda harus mematuhi hukum dan batasan-batasannya. Barangsiapa yang belum pernahh shalat, kemudian membaca firman Allah,”Dan dirikanllah shalat” (an Nuur 56), maka ia harus melaksanakan shalat. Dan ketika membaca ”Dan janganlah kamu mengurangi takaran dan timbangan manusia” (al A’raaf 85), maka Anda harus memenuhi hak setiap orang. Seharusnya Anda tidak perlu menunggu orang lain untuk melaksanakan hal ini. Sesuatu yang halal itu sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas.
b. Kedua adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat, atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa. Ini semua merupakan kewajiban negara, misalnya menegakkan hudud (sanksi hukum), jihad dan masalah-masalah yang merupakan tugas negara dalam Islam. Negara wajib melaksanakannya. Jika negara tidak melaksanakan, ia bertanggungjawab dihadapan Allah SWT. Kewajiban rakyat dalam keadaan demikian adalah menuntut pelaksanaannya. Sesungguhnya Islam tidak membebaskan umat dari tanggungjawab…
Memang tidak mudah untuk meyakinkan penguasa menerapkan Al Quran secara utuh. Penguasa sering menuruti hawa nafsunya dan tunduk kepada kaum sekuler atau kaum kafir yang tidak suka Al Quran. Karena itu tugas kita dalam hal ini harus menyebarkan nikmat Allah ini (al Quran) seluas-luasnya. Kita harus dapat meyakinkan masyarakat dan kaum muda bahwa al Quran adalah hidangan yang lezat. Hidangan yang menguatkan akal dan jiwa seseorang. Hidangan yang nikmatnya sulit diuraikan dengan kata-kata. Hidangan yang akan dinikmati oleh orang yang membaca, memahami, mengamalkan dan mendakwahkannya. Wallahu azizun hakim. II Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik