Kamis, September 25, 2025
No menu items!
BerandaArtikelApa itu Lailatul Qadr dan Kapan waktunya

Apa itu Lailatul Qadr dan Kapan waktunya

Apa itu Lailatul Qadr dan Kapan waktunya?

Lailatul qadr merupakan salah keutamaan bulan Ramadan. Frasa Lailatul qadr merupakan gabungan dari dua kata, lail dan qadr. Lail artinya malam. Sedangkan qadr memiliki beberapa makna.

Makna Al-Qadr

Al-Qadr artinya kemuliaan, keagungan atau taqdir dan qadha (ketentuan) karena lailatul qadr sangat agung dan sangat mulia yang mana pada malam itu Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menentukan/ menetapkan semua urusan yang akan terjadi sela-ma satu tahun.

Kapankah Lailatul Qadr itu ?

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukrari 46 pendapat ulama tentang  waktu lailatul qadr.

Pendapat yang paling kuat adalah  bahwa lailatul qadr terdapat  pada malam-malam ganjil  di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau menganjurkan untuk mencari lailatul qadr pada malam-malam ganjil di sepulu malam terakhir Ramadan.

 “Carilah malam lailatul qadr pada tanggal-tanggal ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam hadits yang lain beliau bersabda:

 “Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam yang terakhir pada malam 21, 23, 25 dan 27.” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani).

Adapun  hikmah dari disembunyi-kannya waktu tepatnya lailatul qadr agar kaum muslimin bersungguh-sungguh memper-banyak ibadah  pada seluruh malam bulan Ramadhan terutama pada malam-malam ganjil pada malam terakhir di bulan Ramadhan. Karena  lailatul qadr berpindah pindah setiap tahunnya. 

Oleh karena barangsiapa yang menghidupkan sepuluh malam terakhir khususnya malam-malam ganjil dengan amalan-amalan ibadah niscaya akan menda-patkan lailatul qadr dan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berupa ampunan dan pahala.

Cukuplah sebagai contoh dan panutan kita dalam mencari malam Lailatul qadr ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau sendiri tidak tahu berusaha mencari malam lailatul qadr dengan cara beri’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadan.

Abu Sa’id Al-Khudri menuturkan, bahwa Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

Sesungguhnya saya beri’tikaf pada sepuluh malam pertama (Ramadan) dalam rangka menanti malam ini (lailatul qadr), kemudia saya beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan, kemudian saya diberitahu dan dikatakan padaku; sesungguhnya ia (lailatul qadr) itu pada sepuluh malam terakhir. Oleh karena itu siapa yang ingin i’tikaf hendaknya dia i’tikaf pada malam-malam tersebut, lalu para orang-orang (para sahabat) ber’itikaf”.(HR. Muslim).

Di hadis-hadis lain beliau secara tegas menyampaikan, “Carilah lailatul qadr pada malam-malam ganjil di sepuluh akhir Ramadan”.

Jika merasa sulit di sepulu terakhir beliau mewanti-wanti agar tidak melewatkan tujuh hari terakhir. Sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Umar.

Beberapa orang dari kalangan sahabat Nabi diperlihatkan dalam mimpi, lailatul qadr pada malam ke-27, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Saya liat mimpi kalian kebanyakan (mengisyaratkan, lailatul qadr itu) malam ke-27, maka barangsiapa yang ingin mencarinta hendaknya dia mencarinya tujuh malam terakhir”. (terj. HR. Bukhari).

Dalam riwayat Imam Muslim secara tegas dijelaskan, “Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakahir, jika tidak mampu maka janganlah dia lewatkan tujuh malam yang tersisa (tujuh malam terakhir)”.

Dari penjelasan di atas, nampak bahwa waktu lailatul qadr tidak ditetapkan pasa satu malam tertentu. Nabi hanya menganjurkan untuk menanti dan mencarinya pada sepuluh dan atau tujuh malam terakhir, khususnya pada malam-malam ganjil. Mari sungguh-sungguh, sing-singkan lengan baju, kencangkan ikatan sarung. Semoga Allah mudahkan mengisi malam-malam ini dengan ibadah. []

Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi M. Pdi
Dr. Syamsuddin Lahanufi, M. Pdi. adalah penulis aktif yang juga merupakan pimpinan Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah Bogor, dosen di STAIA Bogor dan pengurus MUI Pusat Komisi Pendidikan & Kaderisasi. Gelar Doktor diraihnya di Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada 25 Februrari 2020
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments