Oleh: Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation/Pesantren Nur Inka Nusantara Madani)
Nabi Yunus AS adalah seorang nabi yang sangat dikenal, hamba Allah yang saleh dan taat, gigih dan penuh komitmen dalam menjalankan kewajiban dakwahnya. Hingga suatu ketika beliau merasa jika kampung di mana beliau menjalankan dakwahnya telah sampai pada puncak resistensi tertinggi. Pertimbangan kemanusiaannya seolah mengatakan bahwa mereka tidak mungkin lagi akan menerima kebenaran ini.
Singkat cerita beliau berencana meninggalkan kampung itu. Bukan karena takut. Bukan pula karena melarikan diri dari kewajiban Dakwah itu. Tapi beliau terpikir bahwa kemungkinan saja orang-orang di kampung lain, di seberang lautan, akan lebih menerima dakwahnya. Karenanya beliau memutuskan untuk naik kapal laut menyeberangi samudra luas itu.
Pada hari keberangkatan itu ternyata perahu itu begitu penuh. Dan itu dirasakan ketika telah berada di tengah lautan yang luas. Dan karenanya harus ada salah seorang di antara mereka yang dikorbankan demi keselamatan semuanya.
Untuk memutuskan siapa yang harus dikorbankan, dilakukanlah undian. Undian yang dilakukan beberapa kali itu ternyata terjatuh ke nama “Yunus” untuk dikorbankan. Maka beliaupun harus dilempar ke dalam lautan itu.
Ketika tenggelam terbawa ombak itulah belia tiba-tiba ditelan oleh seekor ikan hiu. Ikan hiu itu tidak menggigitnya. Tapi ditelan dengan aman, seolah mendapat perintah gaib untuk menyelamatkannya.
Yunus AS benar-benar berada dalam situasi yang mencekam. Beliau berada dalam kegelapan yang berlapis. Kegelapan malam, kegelapan samudra luas, dan kegelapan perut ikan hiu itu.
Di saat-saat seperti itu beliau tersadarkan bahwa tak mungkin ada keselamatan kecuali dari Dia yang memilki alam semesta. Beliau berserah diri, merendahkan diri kepada Allah SWT, seraya berkata:
“Laa Ilaha illa Anta, subhaanaka, inni kuntu minaz dzolimin” (Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau Maha Suci. Sungguh Aku termasuk orang-orang yang aniaya”.
Ucapan Nabi Yunus AS ini kemudian dikenal dengan doa nabi yunus. Doa yang belakangan diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah menyampaikan: “barangsiapa yang membacakan doa ini (doa nabi Yunus) maka Allah tidak akan menolaknya”.
Sebelum saya jelaskan ringkas makna doa itu, saya ingin ceritakan terlebih dahulu sebuah cerita tentang doa itu. Cerita unik menggambarkan keserisusan para sahabat dalam beragama dan dalam mengikuti ajaran Rasulullah SAW.
Disebutkan bahwa suatu ketika sahabat Rasulullah Sa’ad bin Waqqas masuk ke masjid An-Nabawi. Lalu di dalam masjid ada sahabat lain, Utsman bin Affan. Beliau memberikan kepada Utsman hingga tiga kali. Tapi setiap kali Salam, Utsman tidak menjawab salamnya walau melihat kepadanya.
Sa’ad pun kecewa dan melaporkan hal ini kepada Umar bin Khatthab, Amirul Mukminin ketika itu. Beliau pun memanggil Utsman dan bertanya: “Kenapa Engkau wahai Utsman tidak menjawab salamnya Sa’ad?”.
Seraya terkejut Utsman mengatakan: “Tidak pernah ada Salam dari Sa’ad ya Amiral Mukminin”.
Sa’ad semakin gusar dan mengatakan: “Saya memberi salam tiga kali kepada engkau Utsman. Bahkan Engkau menatap muka saya. Tapi tidak menjawab Salam saya”.
Utsman kemudian merenung sejenak, lalu menyadari bahwa memang dia lihat Sa’ad datang ke masjid. Tapi saat itu beliau sedang merenung dan memikirkan sesuatu begitu dalam. Sampai-sampai beliau tidak ingat apa-apa di sekitarnya.
Umar bin Khattab bertanya: “Apa yang engkau pikirkan wahai Utsman?”.
Utsman kemudian menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW di depan para sahabat pernah berkata: “Barangsiapa Yang membaca doa ini maka Allah tidak akan menolaknya”.
Akan tetapi Rasulullah tidak sempat menyebutkan doa itu, tiba-tiba terpotong oleh urusan lain. Maka beliau meninggalkan para sahabat dan sahabat pun melupakan ucapan Rasul tadi.
Di saat di masjid itulah Utsman merenung memikirkan kira-kira doa apa Yang ingin disampaikan oleh Rasulullah ketika itu?
Tiba-tiba Sa’ad berkata: “saya hadir ketika itu. Dan ketika Rasulullah berjalan meninggalkan kita, saya ikuti beliau dan menanyakan tentang doa tersebut. Dan Rasulullah menyampaikan kepada Sa’ad bin Waqqas bahwa doa itu adalah: Laa ilaaha illa Anta, subhaaka, inni kuntu minaz dzolimin.
Itulah cerita kebenaran riwayat bahwa doa tersebut tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Cerita ini sekaligus menggambarkan betapa para sahabat penuh perhatian dengan ajaran Rasulullah SAW. Bertahun-tahun sepeninggal beliau, Utsman ternyata masih terpikirkan akan sesuatu yang dianggap belum diketahuinya.
Kembali kepada doa nabi Yunus tadi. Doa tersebut memiliki tiga komponen utama.
Pertama, Laa ilaaha illa Anta. Sebuah ungkapan afirmasi akan kemaha tunggalan Allah SWT. Bahwa tiada “ilaah” yang berhak disembah kecuali Allah SWT. Ungkapan ini sekaligus menjadi catatan penting bahwa doa harus dilandasi oleh kemurnian tauhid.
Kedua, “Subhanak”. Sebuah ungkapan Yang hanya diperuntukkan bagi Allah SWT. Semua kata “Subhana” dalam Al-Quran berkaitan dengan Allah SWT. Karena memang ungkapan itu adalah pengakuan akan kesempurnaan Allah. Dan bahwa Allah itu jauh dari ketidak sempurnaan (kekurangan) apapun.
Ketiga, “inni kuntu minaz dzolimin”. Sebuah pengakuan bahwa selain Allah pasti ada kesalahan, keterbatasan dan khilaf. Seorang nabi Yunus saja begitu merendahkan diri dan mengakui kekurangan dirinya di hadapan Rabbnya.
Setelah menyampaikan ungkapan di atas Allah segera merespon: “fastajabnaa lahu”. Artinya Allah dengan segera, tidak melambatkan pengabulannya. Huruf “faa” (fa-istajabna) itu dikenal dalam kaidah Bahasa Arab dengan “faa al-fauriah” (huruf yang menandakan sesuatu yang bersifat segera atau instant).
Lalu pada ayat yang sama Allah juga menyampaikan tiga alasan utama Kenapa doa nabi Yunus dan orang-orang beriman dikabulkan dengan segera.
Pertama, “kaanuu yusaari’uuna fil khaeraat”. Bahwa mereka selalu bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk doa dipercepat dalam pengabulan, harus diikuti dengan selalu bersegera dalam melakukan kebaikan-kebaikan.
Kedua, “wa yad’uunana raghaban wa rahaban”. Artinya bahwa dalam berdoa Yunus AS berada dalam keinginan yang sangat (arraghbu). Manis hati beliau untuk diperkenankan doanya oleh Allah SWT. Tapi di sisi lain beliau juga ada rasa waswas untuk tertolak, pertanda ketawadhuan kepada Allah SWT.
Ketiga, “wa kaanuu lanaa khasyi’iin”. Artinya bahwa keadaan merasa sangat dekat dan ingin di kabulkan, serta waswas akan penolakan, menjadikan beliau menumbuh suburkan rasa takut kepada Rabbnya.
Maka di tengah merebaknya wabah Covid 19 saat ini, terasa manusia berada dalam kegelapan di atas kegelapan. Betapa cepatnya penularan ini. Betapa banyaknya yang meninggal dunia. Ekonomi dunia ambruk. Betapa banyak Saudara-Saudara kita yang kehilangan sumber kehidupan.
Di saat-saat seperti inilah rasanya doa nabi Yunus ini sangat relevan untuk kita baca berulang-ulang. Minimal kita baca di setiap akhir sholat-Sholat lima waktu kita.
Semoga dengan doa yang memang dijamin pengabulannya oleh Rasulullah SAW ini menjadi penyebab untuk Allah menyelamatkan kita dari musibah wabah ini. Sebagaimana Allah telah nenyelamatkan nabi Yunus dari dahsyatnya samudra luas dan gelapnya perut ikan hiu di malam hari itu.
Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Karena memang Dia Yang Maha kuasa atas segalanya. Amin!
Moodus, 8 April 2020