Sabtu, April 19, 2025
No menu items!
BerandaOpiniHilirisasi Digital: Reduksi Monopoli Google, Meta dan Raksasa Platform Digital

Hilirisasi Digital: Reduksi Monopoli Google, Meta dan Raksasa Platform Digital

Untuk mencapai hilirisasi digital yang lebih mandiri, Indonesia perlu fokus pada monetisasi data.

Hilirisasi Digital: Reduksi Monopoli Google, Meta, dan Raksasa Platform Digital” mengulas kondisi terkini monetisasi data dan ekonomi digital di Indonesia.

Arti kata dari hilirisasi itu sendiri secara singkat adalah proses peningkatan nilai tambah dari suatu produk mentah. Digital adalah istilah yang yang merujuk pada teknologi yang menggunakan sinyal elektronik berbasis angka biner (0 dan 1) untuk menyimpan, memproses, dan mentransmisikan data.

Hilirisasi digital adalah proses penambahan nilai tambah dalam sektor digital, dimana pada sector hulu digital berupa angka-angka biner yang menggunakan sinyal elektronik beserta data-data yang disimpan dalam database menjadi sebuah produk jadi di sektor hulu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat seperti produk-produk digital yang ada saat ini yang berbasis aplikasi.

Beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami kemajuan pesat di sektor hilir digital dengan pertumbuhan signifikan e-commerce dan startup seperti Gojek dan Grab.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang berada di jalur yang tepat dalam transformasi digital, namun tantangan tetap ada, terutama terkait dominasi raksasa platform global seperti Google dan Meta.

Informasi terbaru yang kita ketahui mengenai Elon Musk yang hadir ke Bali dalam meresmikan Starlink di Indonesia.

Hal ini merupakan langkah yang sangat nyata mengenai pesatnya kemajuan digital transformasi di Indonesia.

Namun apakah yang harus dilakukan Pemerintah agar wacana hilirisasi digital ini menjadi sebuah program yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan bukan hanya membuat kita menjadi pasar bagi platfrom-platform raksasa digital di dunia ? Mari kita ulas beberapa poin berikut.

Monetisasi Data dan Ekonomi Digital di Indonesia
Menurut laporan e-Conomy SEA 2022 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai $70 miliar pada tahun 2021, dengan proyeksi mencapai $146 miliar pada tahun 2025.

E-commerce menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan tahunan sebesar 52%, didorong oleh platform seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.

Startup seperti Gojek dan Grab tidak hanya mengubah sektor transportasi, tetapi juga menciptakan ekosistem layanan digital yang luas, termasuk pembayaran digital melalui Gopay dan Ovo.

Kondisi Sektor Hulu Digital
Di sektor hulu digital, Indonesia masih bergantung pada infrastruktur milik perusahaan asing. Data dari Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) menunjukkan bahwa 60% dari data center di Indonesia dimiliki oleh perusahaan asing.

Google dan Meta, dengan keunggulan teknologi dan finansial, memiliki kapasitas besar dalam membangun dan mengoperasikan data center.

Mereka menginvestasikan miliaran dolar untuk memperkuat infrastruktur global mereka, memberikan mereka keunggulan dalam mengumpulkan dan memonetisasi data pengguna.

Strategi Kementerian Kominfo
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung hilirisasi digital.

Program seperti Gerakan 1000 Startup Digital dan Palapa Ring bertujuan meningkatkan infrastruktur digital dan mendukung pertumbuhan startup lokal.

Namun, menurut laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia masih 77%, menunjukkan bahwa infrastruktur masih perlu ditingkatkan.

Regulasi perlindungan data seperti UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) juga perlu diperkuat untuk mengurangi dominasi platform global dan mendukung ekosistem digital lokal.

Menuju Hilirisasi Digital: Fokus pada Monetisasi Data
Untuk mencapai hilirisasi digital yang lebih mandiri, Indonesia perlu fokus pada monetisasi data. Salah satu produk hulu di sektor digital yang berpotensi namun belum dimanfaatkan adalah aplikasi PeduliLindungi, yang digunakan selama pandemi Covid-19.

PeduliLindungi mengumpulkan data besar yang sangat berharga terkait pergerakan dan kesehatan masyarakat. Data ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti analisis kesehatan publik, perencanaan kota pintar, dan peningkatan layanan kesehatan.

Untuk memaksimalkan potensi monetisasi data, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah teknis, antara lain:

1.Membangun Ekosistem Data Terintegrasi: Mengembangkan platform nasional untuk integrasi dan analisis data dari berbagai sumber, termasuk aplikasi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

2.Investasi dalam Infrastruktur Data: Meningkatkan kapasitas dan keamanan data center lokal untuk memastikan data tetap berada di dalam negeri dan terlindungi.

3.Pengembangan Teknologi AI dan Big Data: Mendorong riset dan pengembangan dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan analisis data besar untuk menciptakan nilai tambah dari data yang terkumpul.

4.Kerjasama Publik-Swasta: Memfasilitasi kerjasama antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta untuk inovasi dalam penggunaan data.

Menuju Hilirisasi Digital
Untuk mencapai hilirisasi digital yang lebih mandiri, Indonesia dapat belajar dari negara-negara seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.

China, dengan Baidu dan WeChat, menunjukkan bahwa memiliki ekosistem digital lokal yang kuat memungkinkan pengendalian data nasional dan pengurangan ketergantungan pada platform asing.

Jepang dan Korea Selatan juga memiliki platform digital lokal yang kompetitif, seperti Line dan KakaoTalk.

Indonesia perlu mendorong pengembangan platform digital lokal melalui investasi dalam infrastruktur digital, regulasi yang mendukung inovasi, dan proteksi data lokal.

Program-program insentif untuk startup teknologi lokal dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang teknologi juga penting.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada platform asing dan membangun ekosistem digital yang mandiri dan berdaya saing.

Kesimpulan

Mengurangi monopoli platform digital raksasa memerlukan upaya terpadu dari berbagai pihak. Pemerintah harus berperan aktif dalam menciptakan regulasi yang mendukung, sementara sektor swasta dan startup lokal perlu terus berinovasi dan berkolaborasi.

Dengan belajar dari negara-negara yang telah berhasil membangun ekosistem digital yang mandiri, Indonesia dapat mencapai hilirisasi digital yang lebih inklusif dan berdaya saing serta memberikan dampak ekonomi yang luar biasa besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penulis adalah Ketua Bidang Energi Baru dan Terbarukan Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (EBT MN KAHMI), Ketua Bidang Gen Z dan Milenials Setia Prabowo, dan Praktisi Digital, Aria Andriyadi SPt MSi

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Most Popular

Recent Comments