Berdaulat.id – Harga beras di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah naik tajam di tengah wabah COVID-19 yang berdampak besar terhadap perekonomian nasional.
Sejumlah petani di Kabupaten Sigi, membenarkan harga beras di tingkat produsen naik, meski panen mulai berlangsung di beberapa sentra produksi di daerah itu.
“Sekarang ini, harga beras per karung (isi 50kg) di tingkat penggilingan sudah mencapai Rp500.000 dari sebelumnya Rp450.000,” kata Jefri, salah seorang petani di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi seperti dilansir kantor berita antara, Senin, (6/4/20).
Ia mengatakan kenaikan harga dipicu oleh wabah corona membuat kebanyakan orang takut dan khawatir kekurangan kebutuhan sehar-hari sehingga permintaan meningkat dan pemilik penggilingan menaikan harga penjualan beras.
Hal senada disampaikan Johan, seorang petani di Desa Sejahtera, Kecamatan Palolo bahwa harga beras di wilayah itu sudah beberapa pekan terakhir ini mengalami kenaikan.
Padahal, kata dia, sudah ada panen, tetapi harga justru naik. Kenaikan ini lebih dipengaruhi oleh wabah virus COVID-19.
Para pengusaha penggilingan menaikkan harga karena permintaan meningkat. Apalagi, beras merupakan kebutuhan pokok sehari-hari.
Bahkan, katanya, akibat naiknya harga beras, banyak warga yang mencari bahan makanan lain seperti ubi dan talas untuk dikonsumsi agar bisa menghemat stok beras.
Ia mengatakan sebelumnya, ubi dan talas di kebun hanya dibiarkan saja. Tetapi sekarang ini kedua bahan makanan tersebut justru semakin susah diperoleh karena rata-rata petani tidak lagi menjual hasil kebun mereka karena untuk dikonsumsi sendiri.
“Inilah dampak yang ditimbulkan oleh virus corona,” kata Johan.
Kecamatan Palolo,salah satu sentra produksi beras terbesar di Kabupaten Sigi.
Pemkab Sigi bahkan telah mengirim surat edaran kepada para pengusaha penggilingan padi untuk tidak lagi menjual beras keluar daerah.
Langkah tersebut merupakan upaya pemerintah daerah untuk mengamankan persediaan bahan kebutuhan pangan di daerah itu menyusul wabab virus corona.
Jemmy, seorang pemilik penggilingan padi di Kecamatan Palolo membenarkan adanya larangan sementara untuk tidak lagi menjual beras keluar daerah karena adanya wabah tersebut.
​​​​​​​
“Ya kami tentu harus mematuhi larangan tersebut,” ujarnya. []