Berdaulat.id, Jakarta – Di tengah memenasnya suhu politik dunia dan pembantaian di Palestina, Departemen Urusan Luar Negeri (DULN) DPP Wahdah Islamiyah gelar liqa’ maftuh (pertemuan terbuka) bersama semua pengurus dan kader Wahdah Islamiyah yang berada di luar Indonesia pada Jum’at (17/11/23) secara daring.
Acara diawali dengan pengarahan dari Ust. Muhammad Zaitun Rasmin selaku Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah. Dalam arahannya, Ust. Zaitun banyak menyoroti isu Palestina dan pentingnya kepedulian muslimin dunia, khususnya muslimin Indonesia.
Usai pengarahan dari Ketum DPP Wahdah tersebut, giliran Ketua Departemen Urusan Luar Negeri (DULN) Wahdah Ust. Jayadi Hasan yang menyampaikan arahan singkat. Khususnya terkait strategisnya peran mahasiswa Wahdah Islamiyah di mancanegara.
Ust. Jayadi mengawali dengan mengingatkan besarnya nilai strategis belajar di luar negeri. Belajar di luar negeri adalah kesempatan emas yang tidak bisa diperoleh sembarang orang.
“Tidak semua orang mendapatkan kesempatan belajar seperti yang antum (kalian) semua dapatkan. Untuk itu antum perlu banyak-banyak bersyukur dengan kesempatan yang Allah bukakan. Tetap fokus pada misi utama antum, dan sabar-sabarkan diri dalam melewati semua tantangan,” ujarnya.
Ust. Jayadi kemudian mengingatkan bahwa belajar adalah bekal paling mendasar, namun tidak boleh hanya berhenti disitu. Perlu dilanjutkan dengan kontribusi nyata dan terus menyebarkan ilmunya agar kebaikannya terus berlanjut.
“Di sisi lain perlu antum ingat bahwa limit waktu kita semua di dunia ini berbatas, dan seseorang jika sudah tiba ajalnya akan terputus amalnya, terputus peluangnya untuk mendapatkan tambahan bekal perjalanan, olehnya jangan pernah menunggu untuk ikut andil dalam dakwah. Sebab, ilmu akan semakin rasikh (kuat) jika diamalkan. Selain itu juga kita akan mendapatkan peluang untuk mendapatkan pahala yang tak putus walapun sudah berkalang tanah,” imbuhnya.
Hadir dalam pertemuan liqo’ maftuh ini semua mahasiswa dari semua Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) yang merupakan satuan kerja di bawah pimpinan pusat di Arab Saudi, Yaman, Sudan dan juga Turkiye. Turut hadir pula lebih dari perwakilan kader mahasiswa dari Jepang, Hungaria, Pakistan, Kuwait, dan Mesir. [ibw]