Berdaulat.id – Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan bahwa negaranya akan mundur dari semua perjanjian dengan Israel dan AS di tengah rencana aneksasi Tepi Barat yang kontroversial.
“Organisasi Pembebasan Palestina dan Negara Palestina telah merdeka, dari hari ini, dari semua perjanjian dan pemahaman dengan pemerintah Amerika dan Israel dan dari semua kewajiban berdasarkan pada pemahaman dan perjanjian ini, termasuk [perjanjian] keamanan,” tegas sang presiden di sebuah pertemuan di Ramallah.
Perjanjian yang ia maksud adalah di antaranya Oslo Accords (1993), Hebron Agreement (1997) dan Wye River Agreement (1998), yang menetapkan parameter keamanan antara Otoritas Palestina dan Israel di Tepi Barat.
Pengumuman itu disampaikan sebagai tanggapan atas rencana Netanyahu untuk mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat. Rencana ini telah diuraikan dalam “Kesepakatan Abad Ini” yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump sejak Januari lalu.
Abbas menyebut Israel sebagai “kekuatan penjajah” dalam kasus pencaplokan Tepi Barat.
“Otoritas Penjajah Israel sekarang harus memikul semua kewajibannya sebagai kekuatan penjajah di atas tanah Palestina. Mereka harus menanggung semua konsekuensi. Hukum kemanusiaan internasional dan Konvensi Jenewa juga [harus] menjatuhkan tanggung jawab kepada Otoritas Penjajah untuk merawat penduduknya yang berada di bawah penjajahan,” tuturnya.
Abbas pun menuding AS sebagai “mitra kunci” bagi Israel dan harus memegang “tanggung jawab penuh” dalam penjajahan rakyat Palestina.
AS memang terindikasi mendukung rencana aneksasi oleh Israel ini. Menlu AS Mike Pompeo bulan lalu menyatakan bahwa itu keputusan itu “pada akhirnya” ada pada tangan Israel, tetapi AS akan berkonsultasi dengan rezim itu jika rencana itu dilaksanakan.
Kesepakatan Abad Ini yang diusulkan Trump dikritik karena mendukung Israel merebut lebih banyak tanah Palestina. Sebelumnya, Abbas menolak mentah-mentah kesepakatan itu dengan memberi tahu Trump: “Hak kami tidak untuk dijual.” []