Berdaulat.id, Sejarah mencatat, pasukan yang sedikit bisa mengalahkan pasukan yg banyak. Itu yg terjadi di masa Rasulullah Saw.
Ketahuilah, kemenangan tak diukur dg jumlah pasukan yg banyak dan perlengkapan senjata yg lengkap dan hebat, melainkan dg keimanan yg kuat, dan akidah yg kokoh.
Perang Badar misalnya, Pasukan kaum Muslim hanya berjumlah 313 orang. Sedangkan pasukan kafir Quraisy dari Mekkah berjumlah 1.000 orang.
Begitu juga dalam Perang Uhud, Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi pasukan infanteri dan pasukan kavaleri (pemanah).
Sedangkan Jumlah pasukan musyrikin berjumlah 3.000 orang. Jumlah yg sangat tak seimbang.
Begitupula Perang Mut’ah, Pasukan kaum muslimin berjumlah 3.000 saja. Sedangkan pasukan musuh berjumlah 200.000 dengan peralatan senjata dan kendaraan yg lengkap.
Saat Perang Mut’ah, Rasulullah Saw memilih Zaid bin Haritsah sbg Panglima Perang. Tapi jika Zaid gugur dan syahid, Nabi Saw perintahkan, angkatlah Ja’far bin Abi Thalib sbg panglima. Jika Ja’far syahid Abdullah bin Rawahah sbg penggantinya. Jika syahid, terserah kaum muslimin utk mengangkat panglimanya.
Singkat cerita, semua panglima yg diangkat itu syahid.
Suatu ketika, saat pasukan muslim hendak berangkat ke Medan jihad, terbetik kabar, Kaisar Romawi Heraklius akan membantu pasukan yg akan diperangi Nabi.
Perlu diketahui, Perang Mut’ah adalah perang yang dilatarbelakangi oleh terbunuhnya utusan Nabi Saw yg mengirim surat kepada raja raja yg isinya mengajak mereka masuk Islam, salahsatunya Raja Negeri Bushra. Utusan nabi itu dibunuh oleh Syurahbil Ghassani, seorang gubernur kaisar.
Membunuh utusan adalah perkara terlarang dan sebuah pelanggaran berat. Itulah yg membuat Rasulullah marah besar hingga mengirim pasukan utk memeranginya.
Saat itu pasukan Heraklius menyiapkan 100.000 tentara. Jumlah sebanyak itu, sempat membuat sebagian pasukan muslim gentar dan ragu utk menghadapinya.
Lalu Panglima Pasukan muslim Abdullah bin Rawahah lantang berkata kepada pasukannya.
“Wahai sahabatku, apa yg kalian takuti? Untuk apa kalian keluar meninggalkan rumah? Bukankah tujuan kalian berperang utk memperoleh syahid?”.
Sang Panglima melanjutkan orasinya utk menyemangati pasukan yg mulai gentar.
“Kita adalah orang orang yang tidak bertempur dengan mengandalkan kekuatan dan banyaknya pasukan. Kita hanya berperang demi agama, hingga Allah memuliakan kita. Majulah! Salahsatu dari dua kesuksesan pasti kita dapatkan, Mati syahid atau menang.”
Mendengar kata kata tersebut, bangkitlah gelora semangat pasukan kaum muslimin ke Medan juang dengan keberanian dan gagahnya.
Hidup mulia atau mati syahid. Hidup atau mati, merdeka..begitulah slogan dan prinsip pejuang kita di masa kemerdekaan. Sekalipun dg senjata yg sederhana, bambu yg diruncingkan.
Sejarah sdh membuktikan, yang sedikit bisa mengalahkan yg banyak. Itulah kekuatan tauhid dan keimanan yg seharusnya dimiliki kaum muslimin dalam berjuang. Syahid adalah cita citanya yg tertinggi.
Pekikan takbir Allahuakbar adalah seruan yg bisa menambah kekuatan dan keberanian pejuang yg membela agama Allah di Medan juang.
Penulis : Ades Satria