29.1 C
Luwuk
Minggu, September 24, 2023

Tugas Kita : Dakwah atau Cari Kekuasaan?

Baca juga

Berdaulat.id, Ada kelompok gerakan Islam yang visinya mencari kekuasaan. Apakah Itu salah? Tentu tidak. Tapi ‘kurang bijak.’

Tugas gerakan Islam atau seorang Muslim adalah dakwah. Bukan cari kekuasaan. Kekuasaan adalah hadiah dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang shalih. Dalam al Quran dinyatakan bahwa kekuasaan dunia ini akan diberikan kepada orang-orang shalih, kaum tertindas dan kaum yang sabar. Mengapa demikian?

Karena hanya orang shalih lah yang akan memimpin masyarakat atau negara dengan benar. Ia tidak akan menggunakan kekuasaan untuk keuntungan sendiri. Tidak akan menggunakan kekuasaan itu untuk memakmurkan keluarganya setinggi-tingginya. Tidak akan menggunakan kekuasaan untuk setinggi-tingginya kemakmuran organisasinya. Tapi menggunakan kekuasaan itu untuk kemakmuran rakyatnya.

Advertisements

Seorang pemimpin yang difikirkan adalah rakyatnya. Seorang pemimpin yang difikirkan umatnya. Maka jangan heran Rasulullah saw sebelum wafat menyatakan ummati ummati, umatku-umatku.

Maka tugas seorang Muslim sebenarnya adalah dakwah. Tugasnya mengajak manusia kepada jalan Allah. Tugasnya adalah mengajak orang Islam agar lebih bagus Islamnya. Tugasnya adalah mengajak orang-orang kafir agar masuk Islam. Mengajak orang-orang kafir memahami kenikmatan ber-Islam.

Dalam surat an Nahl 125, Allah SWT menyatakan,”Ajaklah (mereka) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan (cara) terbaik.”

Dalam surat al Fatihah dinyatakan,”Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri kenikmatan. Bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan pula jalan yang sesat.”

Menariknya dalam surat al Fatihah digunakan lafadz ‘anamta’ bukan lafadz lainnya. Ini menunjukkan bahwa jalan Islam itu adalah jalan yang penuh kenikmatan. Jalan kebahagiaan. Bukan jalan kesedihan atau kesengsaraan. Jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Maka kaum Muslim yang imannya kuat, ketika dimasukkan kerangkeng, ia tetap bahagia. Ia tidak merasa sedih. Ia merasa itu takdir Allah yang harus dijalani. Maka lihatlah tokoh-tokoh Masyumi dulu ketika di masa Soekarno. Mereka dipenjara, tapi mereka tetap tegar. Mereka merasa bahagia di penjara.

Kenikmatan atau kebahagiaan memang letaknya di dalam hati. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh besar kecil uang yang dimiliki, kebahagiaan tidak ditentukan oleh jabatan yang ia emban. Kebahagiaan akan tumbuh bila seorang terus bersyukur kepada Allah, apapun yang terjadi. Al Quran menyatakan bahwa orang-orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar taat kepada Allah dan RasulNya.

Makanya mengajak seseorang untuk berIslam secara benar (kaffah) adalah tugas sebenarnya seorang Muslim. Al Quran menyatakan bahwa profesi sebagai dai adalah profesi yang terbaik. “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak kepada jalan Allah, beramal shalih dan (berani) menyatakan bahwa sesungguhnya aku bagian kaum Muslim.” (QS Fushilat 33)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang dai (pengajak kebaikan) tidak hanya merasa cukup bersuara dengan lisan dan tulisan. Tapi seorang dai juga harus beramal shalih atau mempraktikkan apa yang ia ucapkan. Jangan sampai ucapan beda dengan tingkah laku (nifaq).

Selanjutnya seorang dai juga harus berani menyatakan keislamannya. Ia harus berani membawakan ayat al Quran dimana saja berada. Ia harus berani menyatakan keunggulan Islam, meski di depan orang-orang kafir. Karena pada hakikatnya orang kafir itu bodoh, karena tidak tahu kehebatan Islam.

Menteri agama yang Muslim misalnya, harus berani menyatakan keislamannya dimanapun berada. Bukan malah mengajak Paus ke Indonesia yang mayoritas Islam. Ia harusnya berani mengajak Paus untuk masuk Islam, baik lewat lisan maupun tulisan. Ia harusnya berani juga mengajak bawahannya yang non Muslim untuk masuk Islam.

Itulah yang dilakukan Rasulullah sepanjang hidupnya. Membaguskan Muslim agar semakin bagus Islamnya (akhlaknya) dan mengajak orang non Islam masuk Islam.

Renungkanlah bagaimana Rasulullah memulai dakwah dengan sendirian. Setelah dapat wahyu Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq, Rasulullah langsung mengajak istrinya Khadijah untuk masuk Islam. Kemudian disusul Ali dan Abu Bakar dan seterusnya, sehingga Makkah dan Madinah akhirnya semuanya menjadi Muslim.

Setelah Rasulullah wafat, dakwah dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan seterusnya. Dakwah terus dikembangkan oleh orang-orang yang shalih saat itu (ulama). Para penguasa, setelah khulafaur rasyidin, ada yang bagus dan ada yang buruk.

Menarik untuk kita renungkan, kenapa Rasulullah menolak tawaran kaum kafir Quraisy berupa harta, tahta dan wanita dengan syarat Rasul harus menghentikan dakwahnya. Rasulullah menolak, hingga menyatakan,” “Wahai Paman, Demi Allah, meski matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah), sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya.”

Begitulah tekad hebat Rasulullah. dakwah harus terus dijalankan, dalam situasi apapun.

Adapun kekuasaan adalah karunia dari Allah. Dalam sejarah kita lihat ada Nabi yang dibunuh, seperti ‘Nabi Yahya dan Nabi Zakaria’. Ada ulama yang dibunuh, seperti Hasan al Bana dan Sayid Qutb, Mereka tidak dapat menikmati kekuasaan, karena memang itu bukan yang dicari. Yang dicari adalah keridhaan Allah, Yang dicari adalah agar manusia dapat merasakan kebahagiaan risalah Ilahi, baik di dunia maupun di akhirat.

Seorang Muslim yang sungguh-sungguh dalam berdakwah, maka Allah akan memberikan ‘kekuasaan’ padanya. Lihatlah Rasulullah yang berdakwah sungguh-sungguh selama 13 tahun di Mekkah, akhirnya Allah memberinya kekuasaan di Madinah. Masyarakat Madinah yang telah menerima dakwah Rasulullah, akhirnya menjadikan Rasul sebagai pemimpin.

Rasul telah mengalami ujian berat dalam berdakwah. Ada beberapa sahabatnya yang disiksa dan dibunuh, diblokade ekonominya dan terakhir mau dibunuh. Sehingga Allah pun akhirnya ‘turun tangan’ mewahyukan Rasul agar berhijrah. Di Madinah Rasulullah berhasil membangun masyarakat yang shalih dan hebat.

Dalam puncak kesulitan, memang Allah berikan kemudahan. Al Quran menyatakan dua kali ayat yang sama dalam masalah ini. “Maka sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan.”

Walhasil, renungkanlah surat al Bayyinah ini,

  1. Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,
  2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur’an),
  3. di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).
  4. Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.
  5. Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
  6. Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.
  7. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
  8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Wallahu azizun hakim. II Nuim Hidayat, Direktur Akademi Dakwah Indonesia, Depok

Berita lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita terbaru